Keperkasaan Dolar Tahan Yen di Level Terendah 34 Tahun, Trader Waspadai Intervensi
Tuesday, April 23, 2024       13:01 WIB

Ipotnews - Keperkasaan dolar membuat yen terkunci di dekat level terendah 34 tahun, Selasa, membuat investor semakin waspada terhadap intervensi ketika mereka menantikan laporan inflasi Amerika Serikat dan keputusan suku bunga Bank of Japan pekan ini.
Mata uang Jepang tetap tertekan setelah mencapai 154,85 yen, Senin, level terendah sejak 1990, karena perbedaan suku bunga AS-Jepang kembali menjadi fokus di tengah meredanya ketegangan Iran-Israel.
Trader mewaspadai yen yang tergelincir menuju 155,00, level yang dianggap banyak pelaku pasar sebagai pemicu baru intervensi oleh otoritas Jepang, demikian laporan  Reuters,  di Tokyo, Selasa (23/4).
Menteri Keuangan Jepang, Selasa, mengatakan pertemuan minggu lalu dengan rekan-rekannya dari AS dan Korea Selatan meletakkan dasar bagi Tokyo untuk mengambil tindakan terhadap pergerakan yen yang berlebihan, dan mengeluarkan peringatan terkuat mengenai kemungkinan intervensi.
Terakhir, yen naik tipis menjadi 154,74 per dolar, didukung komentar terbaru otoritas Jepang.
Namun, ada keraguan apakah Tokyo akan mengambil tindakan menjelang pertemuan kebijakan dua hari Bank of Japan (BOJ) yang dimulai Kamis.
BOJ diperkirakan memproyeksikan inflasi akan tetap berada di sekitar target 2% untuk tiga tahun ke depan dalam outlook terbaru, menandakan kesiapannya untuk menaikkan suku bunga lagi pada 2024 dari level yang mendekati nol saat ini.
Pelemahan yen mungkin memaksa bank sentral untuk "mengambil nada yang lebih hawkish," yang akan memunculkan ekspektasi kenaikan suku bunga lagi dan mendukung yen, kata Carol Kong, analis Commonwealth Bank of Australia.
"Tetapi saya memperkirakan USD/JPY akan tetap tinggi dalam jangka pendek karena penguatan USD yang luas, yang akan menjaga kemungkinan intervensi valas tetap membayangi pasar."
Penguatan dolar bersifat luas, dengan kenaikan mendekati 5% tahun ini.
Terakhir, Indeks Dolar (Indeks DXY) diperdagangkan di sekitar 106,10, di bawah level tertinggi lima bulan yang dicapai minggu lalu setelah komentar dari pejabat Federal Reserve dan serangkaian data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan memicu penyusutan ekspektasi penurunan suku bunga.
Pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga pertama the Fed yang akan dimulai pada September sebesar 46%, dan November juga berada di angka 42%, menurut FedWatch Tool CME Group. Hal ini sangat kontras dengan beberapa pekan lalu ketika pasar berspekulasi pada Juni untuk dimulainya siklus pelonggaran moneter AS.
Investor akan memiliki kesempatan lain untuk menilai kekuatan perekonomian AS minggu ini, dengan data produk domestik bruto kuartal pertama, dirilis Kamis, dan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE)--yang merupakan ukuran inflasi pilihan the Fed--sehari berselang.
"Bisa dibayangkan bahwa pasar akan menunda perkiraan waktu penurunan suku bunga pertama yang diprediksi pada September, jika PDB dan/atau PCE minggu ini menambah kekhawatiran mengenai terhentinya disinflasi. Karena itu, risikonya terletak pada imbal hasil AS yang lebih tinggi, dan USD yang lebih kuat," kata Kong.
Meski September telah muncul sebagai spekulasi baru bagi penurunan suku bunga pertama the Fed, ekspektasi tetap bertahan terhadap Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BoE) untuk mulai melakukan pemotongan pada pertengahan tahun.
Perbedaan ini menempatkan kedua mata uang tersebut dalam posisi yang tidak menguntungkan terhadap dolar.
Euro, sebagian besar tidak berubah pada sesi Selasa di USD1,065575, berada di jalur penurunan bulanan terbesar terhadap dolar sejak Januari.
Poundsterling terakhir diperdagangkan USD1,23535 setelah jatuh ke level terendah dalam lima bulan terhadap greenback di USD1,2299, Senin.
Menjelang PCE AS minggu ini, PMI yang dirilis di seluruh Eropa, Selasa, dapat memberikan sedikit bantuan.
"Jika data PMI terus menunjukkan bahwa...negara-negara lain di luar AS membaik, hal ini dapat terus menjaga dolar tetap terkendali," kata Moh Siong Sim, analis Bank of Singapore.
Di tempat lain, dolar Australia melesat ke level tertinggi satu minggu USD0,6465.
Yuan China merosot ke 7,2455 per dolar, level terlemah sejak pertengahan November tahun lalu. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Friday, May 03, 2024 - 18:51 WIB
Mengapa Kita Tetap Memerlukan Rutinitas Dalam Masa Pensiun?
Friday, May 03, 2024 - 18:41 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PEVE, Jual
Friday, May 03, 2024 - 18:41 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham PYFA, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:40 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham ENRG, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:35 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham KEEN, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:33 WIB
Perubahan Kepemilikan Saham AKRA, Beli
Friday, May 03, 2024 - 18:03 WIB
Indonesia Market Summary (03/05/2024)
Friday, May 03, 2024 - 17:46 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa LAJU
Friday, May 03, 2024 - 17:37 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa PTSN
Friday, May 03, 2024 - 17:29 WIB
Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ISAP